BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jenjang pendidikan formal di indonesia di mulai dari taman kanak-kanak.Masa pendidikan TK merupakan waktu yang tepat untuk membeerikan cara-cara yang baik dan benar tentang berbagai hal,antra lain:cara duduk yang benar saat membaca dan menulis.Perancangangan kursi dan meja belajar yang tepat serta sesuai dengan bentuk dan ukuran tubuh anak TK sangat penting.Rancangan kursi dan meja belajar yang sekarang ini di gunakan kurang memenuhi ukuran tubuh anak TK dan kurang memenuhi keamanan dan kenyamanannya.Anak-anak menjadi mudah lelah,sehingga mengganggu konsentrasi belajar.
Sampai sejauh ini kondisi ergonomi terhadap salah satu kelompok masyarakat,yaitu anak-anak usia antara 4-6 tahun yang bersekolah di TK bisa di katakan belum terlalu besar.Padahal pada hakekatnya seluruh produk yang di peruntukan untuk anak pada usia tersebut harus memperhatikan faktor ergonomi yang cukup tinggi.
Sementara itu perkembangan kebutuhan akan pendidikan anak-anak usia 4-6 tahun sremakin meningkat seperti yang terjadi di TK Bina Anak Soleh.Hal ini tentunya harus di imbangi dengan peningkatan dan perbaikan berbagai fasilitas-fasilaitas yang di perlukan.salah satu peningkatan dan perbaikan fasilitas yang dapat dilakukan adalah memperhatikan faktor keamanan dan kenyamanan fasilitas yang dikenakan yaitu kursi dan meja.
Dengan demikain dapat disimpulkan bahwa dalam perkemmbangan TK Bina Anak Soleh membutuhkan rancangan kursi dan meja yang sesuuai dengan antropometri anak-anak usia 4-6 tahun untuk mengantisipasi aktivitas anak-anak,memberikan rasa aman dan nyaman serta mencerminkan desaian yang ergonomis.Untuk menciptakan disain yang ergonomis diperlukan studi ergonomis yang mencakuo ukuran tubuh anak-anak usia 4-6 tahun serta dimensi pembuatan kursi dan meja.
1.2. Rumusan Masalah
Dari belakang permasalahan yang telah diuaraikan diatas maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut.Bagaimana cara merancang kursi dan meja yang ergonomis sehingga dapat memberikan keamanan dan kenyamanan bagi murid TK.
1.3. Batasan Masalah
Bataasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data antropometri yang digunanakan sesuai dengan ukuran dimensi tubuh anak-anak asia.
2. Tidak memperhitungkan kapasitas ruangan.
3. Perancangan kursi dan meja tidak membahas masalah kekuatan bahan.
4. Peerancangan kursi dan meja tidak memperhitungkan masalah biaya
5. Persentil di gunakan adalah 5%,50%,95%
1.4. Asumsi-Asumsi
Adapun asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Keadaan tubuh anak-anak yang di ukur dalam kondisi normal
2. Usia anak TK antara 4-6 tahun
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Analisa dan perancangan kerja
Walupun sekarang ini tampak terjadi pengembangan teknologi produk yang meningkat pesat,akan tetapi elemen manusia masih saja merupakan komponen-komponen kerja yang signifikan dalam sistem produk.Kemajuan teknologi secara kongkrit membawa perubahan terhadap rancangan kerja (job design) dari yang bersifat manual menjadi mekanis (semi outometik) ataupun otomatis (full autometik).
Perancangan kerja (work design) bertujuan untuk menentukan metode terbaik dalam melaksanakan operasi-operasi kerja yang diiperlukan dalam proses produksi.Secara garis besar,maksud dan tujuan melakukan perancangan kerja (work design ataupun redesign) adalah untuk meningkatkan produktivitas dan peformansi kerja dari seluruh sistem produksi yang dicapai melalui:
· Pengembangan tatacara kerja (work methods) lebih efektif dan efisien terutamam ditujukan aktivitas operasional yang diperlukan dalm proses produksi.Disisi lain tentu saja harus dihindari aktivitas operasional yang tidak bermanfaat,non produktif atau pun tidak terkait langsung dengann proses pemberian nilai tambah.
· Pwngaturan kondisi lingkungan kerja yang baik ergonomis sehingga mampu memberikan kenyamanan arti fisik maupun sosial psikologik.
2.1.1 Analisa Kerja
Studi tata cara penggunaan kerja pada dasarnya akan sangat tergantung dandipengaruhi oleh macam operasi yang berlangsung dalam sebuah sistem produksinya.Adanya berbagai macam operasi yang berbeda karakteristiknya tentu saja akan memerlukan cara analisiss yang berbeda pula.Doisini pendekatan yang direkomendasikan untuk setiap kasus yang dihadapi akann tergantung pada volume produksi,frekuensi pperubahan dalam spesifikasi produk yang dibuat atau dihasilkan,waktu yang tersedia untuk proses analisa dua faktor yang pertama volume dan macam produk (out put)merupakan dasar pertimbangan yang paling dominan di dalam pemeliharaan tipe proses produksi seperti yang lazim dikenal sebagai tipe flow shop,job shop dan project.
Pada tipe flow shop, proses produksi berlangsung secara terus menerus atau berulang-ulang,menghasilkan produk dalam jumlah besar (mass production) dengan macam atau spesifikasi produk sedikit dan standart dalam jangka waktu yang lama,serta siklus waktu produksi relatif singkat.Dalam kasus flow shop, analisa kerja akan dilakukan sedital mungkin pada setiap stasiun kerjatermasuk menganaalisa gerakan-gerakan manual ataupun mesin dalam skala mikro.
Untuk proses produksi yang mengikuti tipe jo shop, disini proses produksi dilakukan berdasrkan pada produk pesanan yangspesifikasinya mengikuti emampuan konsumennya. Macam preoduk yang bisa dihasilkan umumnya fleksibel,tidak standart,dan berfariasi tetapi jumlah (volume)masing-masing produk yang dibuat relatif terbatas serta frekkuensi perubahan langkah-langkah operasionalnya akibtnya harus menyesuikan dengan spesifikasi produk yang dibuat seringkali harus dilakukan.
2.2. Sistem Manusia-Mesin
“Penyesuaian kerja pada manusia”berarti penyesuaian mesin dan lingkungan kerja terhadap manusia.Dalam banyak hal,teknologi baru telah menyiapkan mesin-mesin secara sepurna,untuk menggantikan kerja mannusia.akan tetapi,teknologi baru tersebut juga membawa suatu inetegrasi yang lebih baik antara manusia dan mesin,misalnya display digital dan grafik yang lebih mudah dipahami serta kontrol-kontrol yang membutuhkan lebih sedikit usaha pada sebelumnya.
Dalam sistem manusia-mesin terdapat dua interfase penting dimana ergonomilah yang memegang peranan penting didalamhubungan tersebut.Interfase pertama adalah display yang dapat menghubungkan kondisi mesin pada manusia,kemudian interfase yang kedua adalah kontrol,yang mana manusia dapat menyesuaikan respon dengan feedback yang diperoleh dari displey tadi.Jadi antara displey dan kontrol harus terdapat intraksi yang saling menyesuaikan.
Agar dapat memahami suatu displey,seorang manusia memerlukan:
a) Kemampuan visual yang memadahi
b) Penyajian informasi yang sesuai,termasuk juga ukuran,pencahayaan,pembedaan dan disain dari displey.
c) Kreahlian manusia dan kemampuan yang dimiliki dalam upaya pemahaman tentang displey.
Disainer displey seharusnya memahami dengan baik karakteristik dan batasan daya lihat manusia.
Yang dimaksud dengan sistem manusia-mesin disini adalah kombinasi antara satu atau beberapa”mesin”dimana salah satu mesin dan lainnya saling berinteraksi untuk menghhasilkan keluaran-keluaran berdasrkan masukan-mmasukan yang diperoleh.
Kalau kita perhatikan lingkungan sekitar kita maka akan ditemukan obyek-obyek fisik buatan manusia seperti:kursi,meja,tempat tidur,ball point dan sebagainya.Kursi tempat duduk misalnya,mempunyai kegunaan yang istimewa bagi manusia apalagi perancangan memperhatikan sistemmanusia-kursi.Artinya ukuran-ukran dari kursi tersebut harus memperhatikan ukuran-ukuran manusia yang menggunakannya,dan bentuk atau tipe dari kursi harus memperhatikan tujuan pemakainnya.Jelas disini,bahwa untuk bisa merancang suatu sistem kerja yang baik,kita harus menyeimbangkan fungsi manusia sebagai pihak yang aktif dengan fungsi obyek yang di buat sebagai pihak yang pasif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar